Selasa, 10 April 2012

Because of Cupid (part 5)


*


"Ah? Apa yo?" Kata Shilla mencoba setenang mungkin. 

"Bukan apa-apa. Ayo pulang! Udah sore" Kata Rio, Shilla hanya mengangguk. Sesungguhnya, Shilla mendengar kata-kata itu. Shilla tak tuli, ia bisa mendengar dengan jelas kata-kata itu "karna gue sayang lo Shilla" kata-kata lembut nan hangat yang tak mau pergi dari pikirannya dan terus menerus mengiang di telinganya. 

Shilla menatap punggung Rio. Orang yang selalu menghiasi hari-harinya walau ia sendiri tak tahu mengapa RIo bisa tiba-tiba muncul di hidupnya dan mulai membuat hidupnya bersemangat walau hanya di depan seorang Rio. Kata-kata hangat itu kini membuat hatinya resah dan bingung. Membuat ia sangat terombang-ambing di keadaan,ia sendiri bahkan tak tahu kapan perasaan tak menentu itu hilang dari hatinya. 

Shilla tahu, Rio memang baik walau terkadang sifat dan kelakuannya membuat Shilla benci terhadap dia. Gadis itu menjadi buta dan tuli terhadap cinta. Semenjak Gabriel melukainya dan menggoreskan semua kepedihan itu terhadapnya. Membuat Shilla enggan merasakan cinta lagi. 

Walau sejujurnya, hati Shilla masih terus meronta memanggil nama Gabriel setiap kali ia ingin ada yang menemaninya. Tapi, pintu maaf itu belum terbuka untuk Gabriel. Shilla merinding membayangkan perasaannya yang selalu terombang-ambing tak jelas seperti ini. Nama Gabriel masih menetap di hati Shilla dari dulu hingga kini. Dari pertama pemuda tampan itu melemparkan senyumannya pada Shilla. 

Angin membelai wajah cantik Shilla dengan tenang, tanpa ingin merusak wajahnya. Setiap hembusan angin yang membawanya pulang bersama Rio. Membuat ia nyaman meski rasa nyaman itu terasa agak berbeda saat ia bersama Gabriel. Ternyata memang rasa nyaaman berbeda bersama orang yang berbeda pikir Shilla. 

"Heh, bengong mulu lu! Udah sampe nih! Mau gua bawa pulang lu? Gua culik!!" Ujar Rio membuat lamunan SHilla buyar. 

"Woooo.. ngomong dong.." Toyor Shilla. 

"Gue udah dari tadi ngomong tau! Lu-nye aja yang budek." Toyor Rio balik. 

"Ck! Mau mampir gak lu? Mau hujan nih" Kata Shilla sambil menatap langit yang mulai mendung. 

"Kaga deh, gue pulang ya Shill.." 

Rio pun melaju meninggalkan Shilla yang masih berdiri di depan rumahnya. Setelah Rio menghilang dari pandangan matanya (?) SHilla pun masuk kedalam rumahnya dan berharap bahwa Gabriel sedang ada di kamar. Tapi ternyata harapannya tak terkabul. 

"Hei, Shilla baru pulang?" 

"Iyalah! Udah ah, gue mau ganti baju" Kata Shilla  beranjak meninggalkan Gabriel. Walau sebenarnya hatinya masih ingin menatap Gabriel lebih lama lagi.


*

Diary..
Tuh kan.. Rio bilang itu ke gua.. Lagian gue juga sih pake segala nanya ke dia.. Coba kalau gua gak nanya, kan jadinya gua gak deg-degan kaya gini. Tadi Rio cuman keceplosan, tapi kan.. Kata bunda kalau keceplosan itu kata-katanya udah di simpen dalam hati? oh God :O gue yakin banget nih pasti si CUPID  BANDEL manah Rio ke gua.. Itu peri gatau kondisi dan suasana banget si? Udah tau gua lagi bingung.. Awas aja kalo ketemu panahnya gua patah-patahin. (?)

Gimana dong? 
Gua kan sayang sama Gabriel dalam kutip (") gua masih gabisa maafin dia. Masih ingetkan kejadian tahun lalu? Gabriel dengan pengecutnya duain gua?! OH God!! Itu masih ngebekas banget di hati gua *alah*  
Kata Pak Arif (penulis: ITU WALAS GUA WOY!!.. SHilla: halah bodo peduli apa gue?..)  oke, kembali ke topik. Kata Pak Arif: " Gaada yang bisa nyembuhin luka di hati, selalin memaafkan orang itu dengan Ikhlas" lah? Tapi gua gabisa ikhlas.. Lagian itu nyakitin banget tau!! 

Ck! Gua emang gabisa MoveOn! Gua gabisa.. lah?wong orangnya yang mau gua lupain aja ada dirumah gua.. Gimana mau MoveON.. Gabriel juga sih.. pake acara nginep-nginep.. Puyeng kan gua jadinya.. Tapi ini juga salah CUPID.. KENAPA LO HARUS GINIIN GUE SIIH PID?! 

Shilla menutup Diarynya setelah menuliskan semua keluhannya dengan bahasa cablaknya. Shilla masih tak bisa memaafkan Gabriel. Walau kedengarannya mudah, tapi susah untuk memaafkan seseorang yang jelas-jelas telah menggores luka di hati kita. Pasti sobat pernah ngerasain apa yang di rasain Shilla (dan gue pastinya). 

Terdengar gelak tawa Gabriel di luar kamar Shilla. Tawa dari seseorang yang setiap waktu ia rindukan, seseorang yang membuat nafasnya sesak karena menangisinya. Shilla diam, mendengar tawa itu yang semakin lama hilang diikuti dengan suara baritone yang selalu mengiang di telinga dan tak pernah mau keluar. 

Perasaannya tak pernah mau mengerti tentang apa yang raganya rasakan. Shilla memang bisa berkata pada siapapun bahwa ia tak mencintai Gabriel -bohong- Tapi Hatinya? Tak mungkin ia bohongi, hati yang dari waktu ke waktu menyebut nama pemuda itu. Perasaan tak mungkin bisa di bohongi, walau sekeras apapun Shilla untuk berbohong tetap saja rasa itu ada. 

Air matanya bahkan tak mampu menjelaskan betapa berartinya sosok itu untuknya. Hanya hatinya yang bisa mengerti, hanya perasaannya yang bisa tahu (tebalik gak sih?!). Air mata itu sudah terjatuh berkali-kali setiap malam. Perasaan itu sudah lelah menderanya setiap waktu. Rasa itu selalu tak pernah mau hilang walau waktu membuatnya berdebu sekalipun. 

Hanya Tuhan yang mampu merubah semua itu. 

*

Hujan pun turun malam ini. Shilla berusaha merubah air mukanya yang sembab karena menangis mengingat semua tentang Gabriel.  Cuaca yang pas untuk menggambarkan perasaan Shilla yang kacau, perasaan SHilla yang tak menentu selama ini. Shilla baru saja membasuh wajahnya dengan air, tiba-tiba saja terdengar ketukan pintu. 

"Hai Shill" Kata Gabriel di depan pintu kamar Shilla.

"Ada apa lu?" Tanya Shilla. 

"Ini, aku buatin coklat hangat buat kamu." Kata Gabriel sambil menyodorkan secangkir coklat ke Shilla. Gadis itu pun menerima dengan canggung. 

"Udah lama ya?Kita gak ketemu.."

"Baru nyadar lo?!" Ketus Shilla. 

"Shill, kamu masih marah ya?" 

"Iyalah yel! Lu gila ya?! Coba kalo lu di duain. Lu marah gak?" Kata SHilla emosi. 

"Maaf ya Shill? Tapi aku-" Omongan Gabriel terpotong karena di sela oleh Shilla. 

"Tapi apa?! Tapi karena lu sayang ama Ify jadinya lu gituin gue?! Hah?! LU tuh jahat tau gak yel!!" kata Shilla, sampai-sampai gadis itu meneteskan air matanya. 

Gabriel pun memeluk gadis itu *wew* membiarkan gadis itu mencaci dirinya di pelukannya. Membiarkan butiran air mata hangat itu meluluhkan hatinya. Gabriel mengerti perasaan Shilla, ia sangat mengerti. 

"Nangis aja Shill.. Kalau emang itu bisa buat kamu maafin aku.." 

Pemuda itu pun membiarkan Shilla menangis walau ia tahu, ia pengecut. Ia tak seharusnya ia melakukan hal bodoh ini! Ia tahu hal ini! 

"Shill" Kata Gabriel seraya melepas pelukan itu lalu menyibak anak-anak rambut SHilla yang berkeliaran. 

"Kamu jangan nangis terus nanti kamu lemah" .. (kata-kata mantan gua banget tuh -_-) 

"Tapi yel-" 

"Inget Shill.. Aku akan ada di dekat kamu selalu.." 

Gabriel pun peri meninggalkan Shilla yang masih tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Sejuta perasaan hinggap di hatinya. Tentu saja perasaan yang tak menentu itu hadir lagi. Langit dan gemuruh di luar sana menjadi saksi bagaimana tak menentu perasaan dua sejoli itu. 
Hanya waktu yang bisa menetukan semuanya, suatu saat nanti. 







*



Jleb! Tring *tibatibamunculkayaperi*
Jiakakakak :D Gimana? Gabagus ya? Gaje? Gak menarik? Emang.. -_-
Sebenarnya ini jauh dari yang saya pikirkan. Karena saya nemun kata-katanya di otak saya -_-
Keep Like+koment+woles(?) 

FYI: Yang mau nonton konser SuJu .. ada gak?! Kalo ada bayarin gue tiketnya dng U,U *bletak* 

Okeh.. Follow me guys! @Raihanaaa_  
Gak follbw gak keceh,gak woles,gak gaol :p 

Thank's :D 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar