Selasa, 10 April 2012

Because of Cupid (part 4)


*


Shilla merengut sambil membanting HPnya dengan kesal di kasur. Tuh kan, RIo marah lagi. Shilla merutuk, sial kenapa tadi ia harus pergi bersama Gabriel saat Rio hampir selesai latihan? Ck! Bodoh! Shilla kesall, Rio pasti sangat marah dan susah untuk memaafkan dia. Lantas? Siapa yang mewarnai hari-harinya lagi?! 

Shilla merentangkan tubuhnya, bodoh,bodoh,bodoh.Rutuknya dalam hati masih menyesali perbuatannya yang begitu bodoh itu. Gadis itu masih diam. Andai saja tadi Gabriel tak menjemputnya, pasti takkan terjadi hal yang merunyamkan seperti ini, huh.. penyesalan selalu datang di akhir. 

'Yo maaf in gue..'

Shilla gemetar menunggu balasan dari Rio. Sejutek apapun balasan Rio nanti, Shilla harus bisa menerima. Resiko membuat Rio marah seperti ini. Belum ada balasan, Shilla mengirim pesan lagi. 

' Yo.. Sorry deh yo.. Gue kan gatau kalau lu tadi mau selesai latihannya.. Janji deh yo gak lagi-lagi :(' 

Shilla berharap Rio membalas pesan singkatnya, Shilla terima walaupunRio membalas dengan kata-kata tampikkan sekalipun.Shilla tetap terima, asal Rio mengerti mengapa tadi ia meninggalkannya. Shilla siap menerima semua kenyataan apapun. Walau Shilla tahu, mau memakai emoticon seperti apapun pasti Rio takkan pernah bisa luluh. Ck! Pemuda yang aneh.

"Shill?" 

SHilla terkejut menatap Gabriel yang sudah ada di ambang pintu kamarnya. 

"Heh! Ini kamar gue! Ketok dulu napa sih?! Gak sopan!" Ketus Shilla..

"Yeh, maaf.. Kamu kenapa Shill?" Tanya Gabriel sambil tersenyum tipis. 

"Maunya? Lu gatau muka gue lagi merengut gini?!!" 

"Iya, aku tau. Kamu ada masalah? Cerita aja Shill" 

Lagi-lagi Gabriel tersenyum tulus pada Shilla. Shilla gemetar walau ingin sekejap saja ia menatap pemuda tampan yang namanya masih ada di hatinya, masih tersimpan di relung hatinya. Walau ia tahu, luka yang di berikan oleh pemuda itu lebih pedih dibandingkan apapun. 

"Temen gue marah gara-gara lo tadi jemput gue! Lo juga sih, pake acara jemput gue!" Omel Shilla, masih menunjukkan wajah tak suka. 

"Yah..Tadi kan aku disuruh ayah kamu Shill.. Lagian kamu kan Gadis,ga baik pulang sore-sore" 

"Ck! Tapi kan jadi gue yang kena getahnyaaaa GABRIEL!" Omlel Shilla -lagi- tapi Gabriel masih tersenyum. Ck! pemuda yang aneh, batin Shilla. 

"Shill,aku yakin temen kamu juga ngerti.. Mungkin kamu salah ngasih penjelasan ke dia" Tutur Gabriel. 

"Gimana mau ngasih penjelasan? sms aja gak di bales.." 

"Mungkin dia gaada pulsa.. Gimana kamu ngejalaninnya aja Shill" 

Gabriel melangkah untuk pergi meninggalkan Shilla yang masih melongo dan tak percaya. Apa nanti Gabriel akan kembali ke hidupnya lagi? Lantas bagaimana dengan Rio? 


"Yo, gue minta maaf yo!" Kata Shilla saat menghampiri Rio di bangku paling pojok. 

Rio tak menggubris perkataan Shilla, ia masih sibuk bermain dengan android miliknya. Walau sebenarnya ia ingin tertawa melihat tingkah Shilla itu. Shilla tak mengerti bagaimana lagi caranya, untuk meyakinkan Rio.Kenapa dia harus punya sifat kaya gini sih? batin Shilla kesal. 

"Yo,iya gue salah gue ninggalin lu.. Tapi kan yo..." 

Shilla tak dapat meneruskan kalimatnya, karena air matanya terjatuh. Shilla bahkan tak mengerti mengapa ia sesedih ini, tak pernah sekalipun ia menangis untuk meminta maaf pada orang lain seperti ini. Rio terkejut, Shilla meminta maaf sambil menangis? Pikirnya heran. Rio berhenti bermain dengan androidnya, lalu menatap Shilla yang masih menangis. Lalu tanpa diduga, Rio menghapus air mata Shilla yang berjatuhan. 

"Udah,gak usah nangis. Gue udah maafin lu kok" Kata Rio sambil tersenyum. Shilla kaget, tak pernah sebelum nya Rio melakukan hal seperti ini. Seluruh anak di kelasnya bahkan memperhatikan mereka dengan tatapan heran,terkejut,dan menggoda. Rio menghapus butiran-butiran kristal kecil yang ada di pipi Shilla. Bahkan,pemuda aneh itu tak mempedulikan semua mata yang tertuju padanya! 

"Tapi lu harus janji sama gue" Kata Rio. 

"Jan..Janji apa?" 

"Lu harus nemenin gue seharian ini, dan entar kita pulang bareng. Gak ada latihan basket." Kata Rio berusaha untuk tidak tersenyum. 

"Oh,oke.." Shilla tersenyum lega. Akhirnya, Rio tak melampiaskan kata tampikan padanya. 

Rio masih diam menatap gais yang tersenyum lega di hadapannya itu. Shilla manis,cantik,baik tak seharusnya ia melakukan hal bodoh yang membuat gadis itu menangis. Bodoh, ia pengecut sudah membiarkan gadis yang ia cintai itu menangis seperti itu. Rio menatap siluet cantik Shilla, tiba-tiba ia teringat akan seseorang yang dulu menjadi pengisi hatinya, Tiara. 

"Shill?" 

"Ya?" 

"Lu ngingettin gue sama seseorang di masa lalu gue" Kata Rio berat. 

"Siapa yo?" 

"Namanya Tiara, tapi dia udah meninggal karena kecelakaan" 

Shilla terhenyak menatap mimik wajah Rio yang berubah. Rasa simpati menjalar di tubuhnya, ingin sekali ia menunjukkan rasa simpatnya pada pemuda itu. Tapi tak bisa, ia takut melukai hati Rio. tak mungkin ia melakukan hal bodoh lagi. Tak mungkin. 

"Ja..jadi.." Shilla gugup, bingung ingin mengatakan hal apa.

"Iya, gue frustasi ditinggal dia.Sampe-sampe gue bikin puisi buat Tuhan" Kata Rio. 

"Boleh gue liat puisinya yo?" Tanya Shilla, Rio mengangguk dan memberikan secarik kertas yang berisi: 

Tuhan..Dimana Tiara?
Tuhan..Sedang apa ia disana?
Tuhan..
Mengapa kau biarkan ia untuk pergi meninggalkanku?

Aku tak mau ini terjadi padaku Tuhan..
Kau biarkan hati kecilku menjerit sepanjang malam..
Aku merindukan ia Tuhan.. 
AKu merindukan tawanya yang mewarnai hariku.. 

Tuhan.. 
Aku tak mengerti takdirmu yang membawaku seperti ini.. 
Tuhan.. 
Dapatkah kau sampaikan ucapan terima kasihku padanya?
Tuhan.. 
Dapatkah kau katakan padanya bahwa aku mencintainya?
Tuhan.. 
Dapatkah kau lakukan itu padaku?

Aku sesak Tuhan, mendapati diriku yang terlalu lemah..
Aku tak mengerti Tuhan.. Mengapa aku seperti ini.. 
Dapatkah kau kirimkan tiap untaian kecil do'aku untuknya?
Aku ingin teriak.. Tapi tak bisa..
Aku hanya bisa berkata lirih dalam hati.. 

Tuhan.. 
Jika aku kembali padamu dapatkah kau satukan kami kembali?
Dalam lirih aku berdoa.. 
Dalam liirih aku bertanya.. 
MEngapa semua ini harus terjadi padaku? 
Mengapa dunia tak adil padaku? 
Andai aku bisa kembali.. 
Dan bersatu dengannya.. 

Shilla tertegun membaca kata demi kata yang ditulis Rio dalam kepedihan hati. Shilla mengerti kepahitan hidup yang Rio alami. Ternyata Rio seperti ini karena Tiara? Tuhan.. Ingin rasanya Shilla berteriak, terlalu banyak kepahitan di dunia ini! Terlalu banyak ketidak adilan di dunia ini.. Mengapa harus terjadi? 


"Shill, ayo pulang.." Ajak Rio, Shilla hanya mengangguk lalu menaiki cagiva hitam milik Rio, lalu mereka membelah jalanan ibu kota untuk kembali pulang kerumah. 

"Yo?" Kata Shilla dalam perjalanan.

"Apa Shill? Lu mau kemana?''

"ke taman yuk! Udah lama gue gak kesana." Kata Shilla, Rio hanya mengangguk dan memenuhi pinta gadis itu untuk pergi ke taman. 

Shilla hanya diam di bangku taman, termangu menatap jejeran bunga mawar kuning sekitar taman. Lelah, batin Shilla. Rio menghampiri Shilla dengan membawa minuman dan snack-snack kesukaan Shilla. 

"Tau aja lu yo gue lagi laper" Kata Shilla sambil memasukkan cemilan itu satu persatu kedalam mulutnya. 

"Iyalah gue tau, orang setiap jalan ama lu.. Pasti lu minta makan" 

"Hehehe.." Shilla tertawa.

"Ketawa lagi lu.." Kata RIo sambil menjulurkan lidahnya. 

Lalu mereka menghabiskan waktu dengan bercanda. Shilla merasa lega, karena Rio marahnya tidak berkepanjangan. Yah, walaupun ia tak mau mengharapkan hal seperti itu terjadi lagi. 

"Yo, lu kok baik banget ama gue.. yah walau lu nyebelin.. Tapi kenapa si? Lu tuh care banget ama gue.." 

"Karena gue sayang sama lo Shilla.." 

"?!!!" 







*


JLEB! bhahahaha :D Chapter 4nya selesai juga..
Gak lama kan? :D.. 
Gimana? Pasti jelek -_-..
Keep like+Koment.. :) 

Follow me @Raihanaaa_ 
Follback? mention please.. thank's :* {}

Tidak ada komentar:

Posting Komentar