Selasa, 10 April 2012

Because of Cupid (part 5)


*


"Ah? Apa yo?" Kata Shilla mencoba setenang mungkin. 

"Bukan apa-apa. Ayo pulang! Udah sore" Kata Rio, Shilla hanya mengangguk. Sesungguhnya, Shilla mendengar kata-kata itu. Shilla tak tuli, ia bisa mendengar dengan jelas kata-kata itu "karna gue sayang lo Shilla" kata-kata lembut nan hangat yang tak mau pergi dari pikirannya dan terus menerus mengiang di telinganya. 

Shilla menatap punggung Rio. Orang yang selalu menghiasi hari-harinya walau ia sendiri tak tahu mengapa RIo bisa tiba-tiba muncul di hidupnya dan mulai membuat hidupnya bersemangat walau hanya di depan seorang Rio. Kata-kata hangat itu kini membuat hatinya resah dan bingung. Membuat ia sangat terombang-ambing di keadaan,ia sendiri bahkan tak tahu kapan perasaan tak menentu itu hilang dari hatinya. 

Shilla tahu, Rio memang baik walau terkadang sifat dan kelakuannya membuat Shilla benci terhadap dia. Gadis itu menjadi buta dan tuli terhadap cinta. Semenjak Gabriel melukainya dan menggoreskan semua kepedihan itu terhadapnya. Membuat Shilla enggan merasakan cinta lagi. 

Walau sejujurnya, hati Shilla masih terus meronta memanggil nama Gabriel setiap kali ia ingin ada yang menemaninya. Tapi, pintu maaf itu belum terbuka untuk Gabriel. Shilla merinding membayangkan perasaannya yang selalu terombang-ambing tak jelas seperti ini. Nama Gabriel masih menetap di hati Shilla dari dulu hingga kini. Dari pertama pemuda tampan itu melemparkan senyumannya pada Shilla. 

Angin membelai wajah cantik Shilla dengan tenang, tanpa ingin merusak wajahnya. Setiap hembusan angin yang membawanya pulang bersama Rio. Membuat ia nyaman meski rasa nyaman itu terasa agak berbeda saat ia bersama Gabriel. Ternyata memang rasa nyaaman berbeda bersama orang yang berbeda pikir Shilla. 

"Heh, bengong mulu lu! Udah sampe nih! Mau gua bawa pulang lu? Gua culik!!" Ujar Rio membuat lamunan SHilla buyar. 

"Woooo.. ngomong dong.." Toyor Shilla. 

"Gue udah dari tadi ngomong tau! Lu-nye aja yang budek." Toyor Rio balik. 

"Ck! Mau mampir gak lu? Mau hujan nih" Kata Shilla sambil menatap langit yang mulai mendung. 

"Kaga deh, gue pulang ya Shill.." 

Rio pun melaju meninggalkan Shilla yang masih berdiri di depan rumahnya. Setelah Rio menghilang dari pandangan matanya (?) SHilla pun masuk kedalam rumahnya dan berharap bahwa Gabriel sedang ada di kamar. Tapi ternyata harapannya tak terkabul. 

"Hei, Shilla baru pulang?" 

"Iyalah! Udah ah, gue mau ganti baju" Kata Shilla  beranjak meninggalkan Gabriel. Walau sebenarnya hatinya masih ingin menatap Gabriel lebih lama lagi.


*

Diary..
Tuh kan.. Rio bilang itu ke gua.. Lagian gue juga sih pake segala nanya ke dia.. Coba kalau gua gak nanya, kan jadinya gua gak deg-degan kaya gini. Tadi Rio cuman keceplosan, tapi kan.. Kata bunda kalau keceplosan itu kata-katanya udah di simpen dalam hati? oh God :O gue yakin banget nih pasti si CUPID  BANDEL manah Rio ke gua.. Itu peri gatau kondisi dan suasana banget si? Udah tau gua lagi bingung.. Awas aja kalo ketemu panahnya gua patah-patahin. (?)

Gimana dong? 
Gua kan sayang sama Gabriel dalam kutip (") gua masih gabisa maafin dia. Masih ingetkan kejadian tahun lalu? Gabriel dengan pengecutnya duain gua?! OH God!! Itu masih ngebekas banget di hati gua *alah*  
Kata Pak Arif (penulis: ITU WALAS GUA WOY!!.. SHilla: halah bodo peduli apa gue?..)  oke, kembali ke topik. Kata Pak Arif: " Gaada yang bisa nyembuhin luka di hati, selalin memaafkan orang itu dengan Ikhlas" lah? Tapi gua gabisa ikhlas.. Lagian itu nyakitin banget tau!! 

Ck! Gua emang gabisa MoveOn! Gua gabisa.. lah?wong orangnya yang mau gua lupain aja ada dirumah gua.. Gimana mau MoveON.. Gabriel juga sih.. pake acara nginep-nginep.. Puyeng kan gua jadinya.. Tapi ini juga salah CUPID.. KENAPA LO HARUS GINIIN GUE SIIH PID?! 

Shilla menutup Diarynya setelah menuliskan semua keluhannya dengan bahasa cablaknya. Shilla masih tak bisa memaafkan Gabriel. Walau kedengarannya mudah, tapi susah untuk memaafkan seseorang yang jelas-jelas telah menggores luka di hati kita. Pasti sobat pernah ngerasain apa yang di rasain Shilla (dan gue pastinya). 

Terdengar gelak tawa Gabriel di luar kamar Shilla. Tawa dari seseorang yang setiap waktu ia rindukan, seseorang yang membuat nafasnya sesak karena menangisinya. Shilla diam, mendengar tawa itu yang semakin lama hilang diikuti dengan suara baritone yang selalu mengiang di telinga dan tak pernah mau keluar. 

Perasaannya tak pernah mau mengerti tentang apa yang raganya rasakan. Shilla memang bisa berkata pada siapapun bahwa ia tak mencintai Gabriel -bohong- Tapi Hatinya? Tak mungkin ia bohongi, hati yang dari waktu ke waktu menyebut nama pemuda itu. Perasaan tak mungkin bisa di bohongi, walau sekeras apapun Shilla untuk berbohong tetap saja rasa itu ada. 

Air matanya bahkan tak mampu menjelaskan betapa berartinya sosok itu untuknya. Hanya hatinya yang bisa mengerti, hanya perasaannya yang bisa tahu (tebalik gak sih?!). Air mata itu sudah terjatuh berkali-kali setiap malam. Perasaan itu sudah lelah menderanya setiap waktu. Rasa itu selalu tak pernah mau hilang walau waktu membuatnya berdebu sekalipun. 

Hanya Tuhan yang mampu merubah semua itu. 

*

Hujan pun turun malam ini. Shilla berusaha merubah air mukanya yang sembab karena menangis mengingat semua tentang Gabriel.  Cuaca yang pas untuk menggambarkan perasaan Shilla yang kacau, perasaan SHilla yang tak menentu selama ini. Shilla baru saja membasuh wajahnya dengan air, tiba-tiba saja terdengar ketukan pintu. 

"Hai Shill" Kata Gabriel di depan pintu kamar Shilla.

"Ada apa lu?" Tanya Shilla. 

"Ini, aku buatin coklat hangat buat kamu." Kata Gabriel sambil menyodorkan secangkir coklat ke Shilla. Gadis itu pun menerima dengan canggung. 

"Udah lama ya?Kita gak ketemu.."

"Baru nyadar lo?!" Ketus Shilla. 

"Shill, kamu masih marah ya?" 

"Iyalah yel! Lu gila ya?! Coba kalo lu di duain. Lu marah gak?" Kata SHilla emosi. 

"Maaf ya Shill? Tapi aku-" Omongan Gabriel terpotong karena di sela oleh Shilla. 

"Tapi apa?! Tapi karena lu sayang ama Ify jadinya lu gituin gue?! Hah?! LU tuh jahat tau gak yel!!" kata Shilla, sampai-sampai gadis itu meneteskan air matanya. 

Gabriel pun memeluk gadis itu *wew* membiarkan gadis itu mencaci dirinya di pelukannya. Membiarkan butiran air mata hangat itu meluluhkan hatinya. Gabriel mengerti perasaan Shilla, ia sangat mengerti. 

"Nangis aja Shill.. Kalau emang itu bisa buat kamu maafin aku.." 

Pemuda itu pun membiarkan Shilla menangis walau ia tahu, ia pengecut. Ia tak seharusnya ia melakukan hal bodoh ini! Ia tahu hal ini! 

"Shill" Kata Gabriel seraya melepas pelukan itu lalu menyibak anak-anak rambut SHilla yang berkeliaran. 

"Kamu jangan nangis terus nanti kamu lemah" .. (kata-kata mantan gua banget tuh -_-) 

"Tapi yel-" 

"Inget Shill.. Aku akan ada di dekat kamu selalu.." 

Gabriel pun peri meninggalkan Shilla yang masih tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Sejuta perasaan hinggap di hatinya. Tentu saja perasaan yang tak menentu itu hadir lagi. Langit dan gemuruh di luar sana menjadi saksi bagaimana tak menentu perasaan dua sejoli itu. 
Hanya waktu yang bisa menetukan semuanya, suatu saat nanti. 







*



Jleb! Tring *tibatibamunculkayaperi*
Jiakakakak :D Gimana? Gabagus ya? Gaje? Gak menarik? Emang.. -_-
Sebenarnya ini jauh dari yang saya pikirkan. Karena saya nemun kata-katanya di otak saya -_-
Keep Like+koment+woles(?) 

FYI: Yang mau nonton konser SuJu .. ada gak?! Kalo ada bayarin gue tiketnya dng U,U *bletak* 

Okeh.. Follow me guys! @Raihanaaa_  
Gak follbw gak keceh,gak woles,gak gaol :p 

Thank's :D 

Because of Cupid (part 4)


*


Shilla merengut sambil membanting HPnya dengan kesal di kasur. Tuh kan, RIo marah lagi. Shilla merutuk, sial kenapa tadi ia harus pergi bersama Gabriel saat Rio hampir selesai latihan? Ck! Bodoh! Shilla kesall, Rio pasti sangat marah dan susah untuk memaafkan dia. Lantas? Siapa yang mewarnai hari-harinya lagi?! 

Shilla merentangkan tubuhnya, bodoh,bodoh,bodoh.Rutuknya dalam hati masih menyesali perbuatannya yang begitu bodoh itu. Gadis itu masih diam. Andai saja tadi Gabriel tak menjemputnya, pasti takkan terjadi hal yang merunyamkan seperti ini, huh.. penyesalan selalu datang di akhir. 

'Yo maaf in gue..'

Shilla gemetar menunggu balasan dari Rio. Sejutek apapun balasan Rio nanti, Shilla harus bisa menerima. Resiko membuat Rio marah seperti ini. Belum ada balasan, Shilla mengirim pesan lagi. 

' Yo.. Sorry deh yo.. Gue kan gatau kalau lu tadi mau selesai latihannya.. Janji deh yo gak lagi-lagi :(' 

Shilla berharap Rio membalas pesan singkatnya, Shilla terima walaupunRio membalas dengan kata-kata tampikkan sekalipun.Shilla tetap terima, asal Rio mengerti mengapa tadi ia meninggalkannya. Shilla siap menerima semua kenyataan apapun. Walau Shilla tahu, mau memakai emoticon seperti apapun pasti Rio takkan pernah bisa luluh. Ck! Pemuda yang aneh.

"Shill?" 

SHilla terkejut menatap Gabriel yang sudah ada di ambang pintu kamarnya. 

"Heh! Ini kamar gue! Ketok dulu napa sih?! Gak sopan!" Ketus Shilla..

"Yeh, maaf.. Kamu kenapa Shill?" Tanya Gabriel sambil tersenyum tipis. 

"Maunya? Lu gatau muka gue lagi merengut gini?!!" 

"Iya, aku tau. Kamu ada masalah? Cerita aja Shill" 

Lagi-lagi Gabriel tersenyum tulus pada Shilla. Shilla gemetar walau ingin sekejap saja ia menatap pemuda tampan yang namanya masih ada di hatinya, masih tersimpan di relung hatinya. Walau ia tahu, luka yang di berikan oleh pemuda itu lebih pedih dibandingkan apapun. 

"Temen gue marah gara-gara lo tadi jemput gue! Lo juga sih, pake acara jemput gue!" Omel Shilla, masih menunjukkan wajah tak suka. 

"Yah..Tadi kan aku disuruh ayah kamu Shill.. Lagian kamu kan Gadis,ga baik pulang sore-sore" 

"Ck! Tapi kan jadi gue yang kena getahnyaaaa GABRIEL!" Omlel Shilla -lagi- tapi Gabriel masih tersenyum. Ck! pemuda yang aneh, batin Shilla. 

"Shill,aku yakin temen kamu juga ngerti.. Mungkin kamu salah ngasih penjelasan ke dia" Tutur Gabriel. 

"Gimana mau ngasih penjelasan? sms aja gak di bales.." 

"Mungkin dia gaada pulsa.. Gimana kamu ngejalaninnya aja Shill" 

Gabriel melangkah untuk pergi meninggalkan Shilla yang masih melongo dan tak percaya. Apa nanti Gabriel akan kembali ke hidupnya lagi? Lantas bagaimana dengan Rio? 


"Yo, gue minta maaf yo!" Kata Shilla saat menghampiri Rio di bangku paling pojok. 

Rio tak menggubris perkataan Shilla, ia masih sibuk bermain dengan android miliknya. Walau sebenarnya ia ingin tertawa melihat tingkah Shilla itu. Shilla tak mengerti bagaimana lagi caranya, untuk meyakinkan Rio.Kenapa dia harus punya sifat kaya gini sih? batin Shilla kesal. 

"Yo,iya gue salah gue ninggalin lu.. Tapi kan yo..." 

Shilla tak dapat meneruskan kalimatnya, karena air matanya terjatuh. Shilla bahkan tak mengerti mengapa ia sesedih ini, tak pernah sekalipun ia menangis untuk meminta maaf pada orang lain seperti ini. Rio terkejut, Shilla meminta maaf sambil menangis? Pikirnya heran. Rio berhenti bermain dengan androidnya, lalu menatap Shilla yang masih menangis. Lalu tanpa diduga, Rio menghapus air mata Shilla yang berjatuhan. 

"Udah,gak usah nangis. Gue udah maafin lu kok" Kata Rio sambil tersenyum. Shilla kaget, tak pernah sebelum nya Rio melakukan hal seperti ini. Seluruh anak di kelasnya bahkan memperhatikan mereka dengan tatapan heran,terkejut,dan menggoda. Rio menghapus butiran-butiran kristal kecil yang ada di pipi Shilla. Bahkan,pemuda aneh itu tak mempedulikan semua mata yang tertuju padanya! 

"Tapi lu harus janji sama gue" Kata Rio. 

"Jan..Janji apa?" 

"Lu harus nemenin gue seharian ini, dan entar kita pulang bareng. Gak ada latihan basket." Kata Rio berusaha untuk tidak tersenyum. 

"Oh,oke.." Shilla tersenyum lega. Akhirnya, Rio tak melampiaskan kata tampikan padanya. 

Rio masih diam menatap gais yang tersenyum lega di hadapannya itu. Shilla manis,cantik,baik tak seharusnya ia melakukan hal bodoh yang membuat gadis itu menangis. Bodoh, ia pengecut sudah membiarkan gadis yang ia cintai itu menangis seperti itu. Rio menatap siluet cantik Shilla, tiba-tiba ia teringat akan seseorang yang dulu menjadi pengisi hatinya, Tiara. 

"Shill?" 

"Ya?" 

"Lu ngingettin gue sama seseorang di masa lalu gue" Kata Rio berat. 

"Siapa yo?" 

"Namanya Tiara, tapi dia udah meninggal karena kecelakaan" 

Shilla terhenyak menatap mimik wajah Rio yang berubah. Rasa simpati menjalar di tubuhnya, ingin sekali ia menunjukkan rasa simpatnya pada pemuda itu. Tapi tak bisa, ia takut melukai hati Rio. tak mungkin ia melakukan hal bodoh lagi. Tak mungkin. 

"Ja..jadi.." Shilla gugup, bingung ingin mengatakan hal apa.

"Iya, gue frustasi ditinggal dia.Sampe-sampe gue bikin puisi buat Tuhan" Kata Rio. 

"Boleh gue liat puisinya yo?" Tanya Shilla, Rio mengangguk dan memberikan secarik kertas yang berisi: 

Tuhan..Dimana Tiara?
Tuhan..Sedang apa ia disana?
Tuhan..
Mengapa kau biarkan ia untuk pergi meninggalkanku?

Aku tak mau ini terjadi padaku Tuhan..
Kau biarkan hati kecilku menjerit sepanjang malam..
Aku merindukan ia Tuhan.. 
AKu merindukan tawanya yang mewarnai hariku.. 

Tuhan.. 
Aku tak mengerti takdirmu yang membawaku seperti ini.. 
Tuhan.. 
Dapatkah kau sampaikan ucapan terima kasihku padanya?
Tuhan.. 
Dapatkah kau katakan padanya bahwa aku mencintainya?
Tuhan.. 
Dapatkah kau lakukan itu padaku?

Aku sesak Tuhan, mendapati diriku yang terlalu lemah..
Aku tak mengerti Tuhan.. Mengapa aku seperti ini.. 
Dapatkah kau kirimkan tiap untaian kecil do'aku untuknya?
Aku ingin teriak.. Tapi tak bisa..
Aku hanya bisa berkata lirih dalam hati.. 

Tuhan.. 
Jika aku kembali padamu dapatkah kau satukan kami kembali?
Dalam lirih aku berdoa.. 
Dalam liirih aku bertanya.. 
MEngapa semua ini harus terjadi padaku? 
Mengapa dunia tak adil padaku? 
Andai aku bisa kembali.. 
Dan bersatu dengannya.. 

Shilla tertegun membaca kata demi kata yang ditulis Rio dalam kepedihan hati. Shilla mengerti kepahitan hidup yang Rio alami. Ternyata Rio seperti ini karena Tiara? Tuhan.. Ingin rasanya Shilla berteriak, terlalu banyak kepahitan di dunia ini! Terlalu banyak ketidak adilan di dunia ini.. Mengapa harus terjadi? 


"Shill, ayo pulang.." Ajak Rio, Shilla hanya mengangguk lalu menaiki cagiva hitam milik Rio, lalu mereka membelah jalanan ibu kota untuk kembali pulang kerumah. 

"Yo?" Kata Shilla dalam perjalanan.

"Apa Shill? Lu mau kemana?''

"ke taman yuk! Udah lama gue gak kesana." Kata Shilla, Rio hanya mengangguk dan memenuhi pinta gadis itu untuk pergi ke taman. 

Shilla hanya diam di bangku taman, termangu menatap jejeran bunga mawar kuning sekitar taman. Lelah, batin Shilla. Rio menghampiri Shilla dengan membawa minuman dan snack-snack kesukaan Shilla. 

"Tau aja lu yo gue lagi laper" Kata Shilla sambil memasukkan cemilan itu satu persatu kedalam mulutnya. 

"Iyalah gue tau, orang setiap jalan ama lu.. Pasti lu minta makan" 

"Hehehe.." Shilla tertawa.

"Ketawa lagi lu.." Kata RIo sambil menjulurkan lidahnya. 

Lalu mereka menghabiskan waktu dengan bercanda. Shilla merasa lega, karena Rio marahnya tidak berkepanjangan. Yah, walaupun ia tak mau mengharapkan hal seperti itu terjadi lagi. 

"Yo, lu kok baik banget ama gue.. yah walau lu nyebelin.. Tapi kenapa si? Lu tuh care banget ama gue.." 

"Karena gue sayang sama lo Shilla.." 

"?!!!" 







*


JLEB! bhahahaha :D Chapter 4nya selesai juga..
Gak lama kan? :D.. 
Gimana? Pasti jelek -_-..
Keep like+Koment.. :) 

Follow me @Raihanaaa_ 
Follback? mention please.. thank's :* {}

Because of Cupid (part 3)


*

“Puisinya bagus yo. Dapet darii mana?” Tanya Shilla. Rio tersenyum.
“Gue bikin sendiri. Baguss kann?”  Rio tertawa sambil mencubit pipi Shilla.
“Awww..sakit tau!” Omel Shilla.
“Nah! Gitu dong Shill, gua kan suka lu marah-marah lagi.”
“Berisik lu yo!”

Shilla cemberut, tapi tak urung hatinya  terkekeh  juga melihat tingkah Rio. Puisinya memang bagus, Shilla sangat menyukai puisi itu. Shilla kembali menatap Rio, sosok baru yang menghiasi hrinya setelah Shilla sakit hati oleh Gabriel. Rio baik walau terkadang –nyebelin- tapi itu hal yang paling menarik dri Rio.

“Shill, udah ya?” Kata Rio.
“Udah apa yo?” Tanya Shilla yang tak mengerti.
“Udah sedihnya, lu terus-menerus kaya gini? Lu katanya mau moveon..”
Shilla terdiam menatap Rio. Benar, kapan dia bisa bangkit dan mengubur semua kenangan pahit itu? Sampai kapan kenangan itu terus ada di permukaan hatinya dan tak pernah  tenggelam ke dasar hatinya? Sampai kapan sosok Gabriel selalu membayangi pikirannya. Shilla tertegun membayangkan jutaan kenangan itu.

“Terserah lu deh Shill.. Gua balik ke kelas ya?”

Rio berlalu, tapi Shilla masih diam tak bergerak. Kapan ia akan menghapus Gabriel dari pikirannya Mengapa selalu Gabriel yang ada di pikiran Shilla? Shilla menggeleng lemah, tak tahu apa yang harus ia lakukan. Shilla bahkan tak mengerti tentang perasaannya sendiri. Perasaannya yang akhir-akhir ini berbeda.
*
Ku ungkap perasaanku…
Semua isi hatiku.. Aku telah jatuh cinta..
Sungguh jatuh cinta..Mengapa sekejap saja..
Setelah menunggu lama.. Terlalu cepat tuk berlalu..
Dan meninggalkanku..
Tuhan dengarkanlah pintaku..
Sampaikan padanya..
Walau takkan mungkin bersatu..
Di hatiku selalu mncintainya..
Andai ku mampu kembali..
Mengulang sekali lagi..
Namun telah ku tentukan.. Harus ku terima..
Rio menjentikkan jarinya, menghitung berapa million detik lagi yang harus dia hadapi. Bodoh,pemuda itu merutuk dalam hati. Bodoh skali sih dia? Mengapa selalu tak bias mengungkapkan maksud hatinya? Rio merutukki dirinya yang terlalu bodoh itu.

“shill,gue suka sama lo.. Tapi kenapa gue gabisa bilang kalo di depan lo ya Shill?” Rio sesak, menyadari betapa bodohnya ia menjadi seorang laki-laki. Mengucapkan kata seperti mudah kan? Kelihatannya memang mudah, tapi tidak jika di lakukan. Berat Rio untuk lakukan, tapi lebih berat rasa ini yang selalu menggedor-gedor pintu hatinya.

“Lu kenapa yo?” Tanya Alvin mengejutkan Rio.
“Gu..Gue gapapa” Rio tergagap-gagap menjawab pertanyaan Alvin.
“Oh,kirain mikirin siapa.” Alvin mengangguk.Rio hanya tersenyum sekaligus bernafas lega.
“Lo liat Via ga?” Tanya Alvin lagi, Rio menggeleng “kenapa emang?” KAta Rio.
“Gapapa.. Gue keluar ya! Bye!!! “ Alvin menjauh dari Rio.

Rio kembali terduduk, benarkan? Ia bodoh, ia gagal. Mungkin ia terlalu bersikap pengecut. Tapi tidak,Rio blum siap dengan semuanya. Bukan ia pengecut dan semcamnya, ia hanya takut.. hanya itu.
***
“Shill,jadi  pulang bareng ga?” Rio menahan tangan Shilla dengan lembut. Jantung SHilla berdetak lebih cepat. Shilla berbalik menatap Rio.
“Iya,jadi..” Sahut Shilla pelan.
“Tapi Shill,lu mau kan? Nunggu gue latihan basket. Sebentar gak lama”

Shilla hanya mengangguk,lalu Rio pergi meninggalkan ia untuk berabung bersama temannya yang lain. Shilla menghela nafas, tak pernah Rio menahan tangannya dengan lembut seperti itu. Menatapnya dengan dalampun Rio tak pernah. Mungkin hanya kebetulan, siapa tahu? Yakan?

Gadis itu berdiri menunggu Rio yang tak kunjung usai dngan latihannya. Shilla keluar sekedar untuk mencari makanan, tapi ia terkejut bkan main ketik melihat sebuah motor terhenti di depannya. Motor Gabriel.
“Pulang yuk!” Ajak Gabriel.
“Gausah gue udah ama temen gue” Jawab Shilla ketus.
“Temen kamu masih lama kan? Yaudah pulang sama aku aja. Kamu udah dicariin tadi” Ajak Gabriel sambil tersenyum lembut. SHilla menatap lapangan basket, lalu ia mengangguk. Dan memutuskan untuk meminta maaf pada Rio usai ia sampai rumah nanti.

Shilla menatap punggung Gabriel, ia ingin merengkuhnya seperti dulu lagi. Tapi tak bias, dan tak mungkin. Shilla merutuk, seandainya dulu ia tak bertemu dengan Gbriel pasti perasaannya tak akan menjadi seperti ini.
Saat sampaii dirumah, SHilla menelpon Rio erusaha untuk meminta maaf karena pulang tanpa pamit pada Rio.

Hallo”
“Hallo yo.. maaf ya? Gu..gue pulang dluan.. gue dijemput tadi”
“sama Siapa? Gabriel? Lu tadi gue cariin! Lu ga bisa nunggu SEBENTAR ya Shill?!” Bentak Rio, membuat Shilla menjadi tak nyaman.
“Bu..Bukan .. Ta..tadi kan” Shilla tergagap.
“Apa? Lu mau bilang itu kak Riko?! JElas-jelas gue liat sendiri!”
“Yo gue minta maaf..”
“tuttt..ttuttt”
Tanda telepon terputus. Tuh kan kumat lagi deh, egoisnya. Rutuk Shilla.


***


Segini dulu y? mAaf kalau gabagus, hehehe :D Keep LIKE+KOMENT!
ℱℴℓℓω me @Raihanaaa_ Follback? Just mention. No mention! No follback! Thank’s (: 

Because of Cupid (part 2)


*
Shilla tersentak melihat pemuda yang ada di hadapannya kini. Senyumannya masih seperti dulu,kulitnya pun masih sama. Tapi Shilla sadar, pemuda inilah yang menggoreskan luka di hatinya yang membekas hingga kini.Walaupun tatapan matanya lembut, tapi siapa sangka? pemuda inilah yang membuat ia perih setiap waktu. Shilla tersadar  ia  menatap pemuda yang masih tersenyum padanya walaupun senyum itu sedikit kaku.

"Ngapain lo kesini?" Tanya Shilla sinis.

"Gue nyari kak Riko, ada?"

"Gak ada.. udah deh lu pergi sono!" Ujar Shilla sambill mendoronng pemuda itu.

"Gue mau minta maaf  ama lu"

"hah?dari dulu lo kemana?!" batin Shilla.

Shilla menatap pemuda itu lama sekali. Walaupun ia membencinya namun perasaannya tetap seperti dulu. Seperti saat Shilla menatap pemuda itu di koridor sekolah waktu pertama kali mereka bertemu. Siapa sangka? Nasib membuat mereka menjadi satu lalu bercerai berai seperti ini. Takdir Tuhan terkadang kurang adil.Sebuah motor terhenti di halamn rumah Shilla.

"Hei! SHilla, kenapa Gabriel gak disuruh masuk" Ujar kak Riko.

Shilla mengangkat bahu lalu pergi meninggalkan mereka yang masih bengong. Shilla membanting tubuhnya di kasur, penat. Mengapa Gabriel datang disaat ia mencoba melupakan masa lalu yang kelam itu? mengapa Gabriel hadir disaat Shilla mulai membutuhkan yang lain dari pada dia? Shilla pusing lalu menulis di Diary-nya.

Diary.. :(
Kenapa Gabriel harus dateng kerumah gua? Gua mau ngelupain dia dan semua tentang kita. Tapi kenapa dia musti kerumah gua coba? Gua kan benci sama dia!!! Iya..iya.. Gua emang sayang sama dia. Tapi gua juga gamau terus menerus kaya gini.. Gua harus lupain dia.. Dan gaboleh bikin dia hadir lagi di pikiran gua.
Gua kan yang salah? Gua yang selalu ngebiarin hati gua disakitin sama siapapun!! Gua juga yang bego!
Diary.. Kenapa dulu cupid harus manah gua ke hatinya Gabriel? Kenapa gak yang lain? CUPID JAHAT BANGET GAK SIH?!

Shilla menutup Diary-nya, terdengar gelak tawa Gabriel.  jujur i ddalam hatinya ia merindukan tawa renyah itu. Shilla menghela nafas dan tak tahu harus bagaimana lagi. Ia mencintai Gabriel tapi disisi lain ia juga membencinya. Shilla merenung, kini ia kembali di posisi semula. Posisi dimana ia memilih mencintai Gabriel atau membencinya? Shilla,kembalii mengingat saat ia bersama Gabriel,hatinya bagaikan teriris. Perih dan lama untuk terobati, bahkan waktu tak mungkin bisa menghapus luka itu. Shilla mulai menangis, lalu dalam tangisnya ia berpikir, sudah berapa banyak air mata yang ia tumpahkan untuk Gabriel?!
Aku melihat mu dalam serpihan-serpihan cahaya.
Terbayang dalam indahnya kenangan manismu..
Terlena oleh suara lembutmu yang menyejukkan hatiku..
Aku tak bisa membenci perasaan ini..
Tuhan mengerti maksud hatiku padamu..
Mengapa kau hadir disaat aku mulai menghapus kepingan-kepingan cahaya kita..
Mengapa kau ada lagi di dekatku.. Disaat aku mulai mencoba menghapus bayangmu di anganku..
Aku tak bisa.. Dan tak pernah bisa menghapusmu dalam relung hatiku..
*
“Muka lu kusut banget Shill?” Sapa Rio saat Shilla menghampirinya di jam istirahat.
“Lu inget Gabriel kan yo? Yang gue ceritain ke lu?”
“Oh, Dia.. Kenapa emang?”
“Dia kerumah gua.. Katanya dia mau tinggal dirumah gua dalam beberapa minggu” Rio meneguk air minumnya,sambil menatap Shilla yang terlihat berbeda dari biasanya. Hari ini Shilla menjadi pendiam dan pemurung yang luar biasa. Rio jadi gemas melihatnya.
“Yah.. gue gak bisa bantu lo Shill” Kata Rio sambil mengaduk minumannya.
“Iya, gua ngerti kok yo” Sahut Shilla sambil tersenyum. Rio jadi ikut tersenyum, hatinya tergerak untuk menatap Shilla lebih lama. Rio sadar, mungkin Shilla takkan pernah bisa menjadi miliknya, walau rasa itu semakin hari semakin menggebu. Sosoknya di mata Shilla hanya seorang yang egois,jutek,nyebelin,bawel dan segudang kebiasaan jeleknya yang lain. Rio ingin sekali menampar wajahnya sendiri, yang tak pernah bisa mampu mengungkap isi hatinya. Ia tahu, Shilla tak mungkin bisa menerimanya. Ia tahu, luka Shilla lebih perih di banding lukanya saat ini.
Rio nyeri menatap Shilla yang lebih diam hari ini.Bagaimanapun ia mencintai Shilla dan menyayangi wanita yang selalu menganggapnya NYEBELIN!. Cinta memang tak pernah bisa menyerah sapai kapanpun kan? Toh, melihat senyuman Shilla sudah lebih dari cukup atas segalanya. Rio mengerti mungkin memang bukan takdir Tuhan. Tuhan yang merencanakan semuanya, Rio mengerti mungkin memang suatu saat Tuhan akan menunjukkan keindahan lainnya.
“Shill,jangan sedih ya? Kan ada gua” Ucap Rio sambil tersenyum. hati Shilla bergetar Rio hanya menyemangatinya tapi tak urung hatinya menjadi bergetar hebat seperti ini. Shilla tak ingin kepincut oleh kebaikan Rio. Toh, mana mungkinRio menjadi sebaik ini? Rio mungkin memang baik hari ini, tapi nanti? Mungkin saja, ia menjadi RIO NYEBELIN seperti selalu.
“Iya yo.. Gue tau..”
“Nih,gue ada puisi buat lo.” Kata Rio sambil menyodorkan secarik kertas.  
Dalam gelapnya malam..
Aku mencari dirimu..
Dalam kesunyian..
Aku menunggumu..
Dalam sepi..
Aku menantimu..
Batu tahu.. Embun pun tahu..
Tak ada yang bisa di mengerti oleh secarik kertas bertuliskan puisi ini..
Tapi aku tahu..
Hanya kau yang bisa mengerti maksudku ini..
Kau membuatku terlena oleh gelak tawamu itu..
Kau membuat aku merasa nyaman saat ada di dekatmu..
Mungkin kau mengerti maksudku ini..
Kau akan mengerti saat kau melihat mentari senja..
Karena itu akan mengingatkanmu pada KITA!
*
To Be Continue..  
Maaf ya sedikit.. hehehe :D
Keep Like+Koment.. J
Follow me @Raihanaaa_