Selasa, 10 April 2012

Because of Cupid (part 3)


*

“Puisinya bagus yo. Dapet darii mana?” Tanya Shilla. Rio tersenyum.
“Gue bikin sendiri. Baguss kann?”  Rio tertawa sambil mencubit pipi Shilla.
“Awww..sakit tau!” Omel Shilla.
“Nah! Gitu dong Shill, gua kan suka lu marah-marah lagi.”
“Berisik lu yo!”

Shilla cemberut, tapi tak urung hatinya  terkekeh  juga melihat tingkah Rio. Puisinya memang bagus, Shilla sangat menyukai puisi itu. Shilla kembali menatap Rio, sosok baru yang menghiasi hrinya setelah Shilla sakit hati oleh Gabriel. Rio baik walau terkadang –nyebelin- tapi itu hal yang paling menarik dri Rio.

“Shill, udah ya?” Kata Rio.
“Udah apa yo?” Tanya Shilla yang tak mengerti.
“Udah sedihnya, lu terus-menerus kaya gini? Lu katanya mau moveon..”
Shilla terdiam menatap Rio. Benar, kapan dia bisa bangkit dan mengubur semua kenangan pahit itu? Sampai kapan kenangan itu terus ada di permukaan hatinya dan tak pernah  tenggelam ke dasar hatinya? Sampai kapan sosok Gabriel selalu membayangi pikirannya. Shilla tertegun membayangkan jutaan kenangan itu.

“Terserah lu deh Shill.. Gua balik ke kelas ya?”

Rio berlalu, tapi Shilla masih diam tak bergerak. Kapan ia akan menghapus Gabriel dari pikirannya Mengapa selalu Gabriel yang ada di pikiran Shilla? Shilla menggeleng lemah, tak tahu apa yang harus ia lakukan. Shilla bahkan tak mengerti tentang perasaannya sendiri. Perasaannya yang akhir-akhir ini berbeda.
*
Ku ungkap perasaanku…
Semua isi hatiku.. Aku telah jatuh cinta..
Sungguh jatuh cinta..Mengapa sekejap saja..
Setelah menunggu lama.. Terlalu cepat tuk berlalu..
Dan meninggalkanku..
Tuhan dengarkanlah pintaku..
Sampaikan padanya..
Walau takkan mungkin bersatu..
Di hatiku selalu mncintainya..
Andai ku mampu kembali..
Mengulang sekali lagi..
Namun telah ku tentukan.. Harus ku terima..
Rio menjentikkan jarinya, menghitung berapa million detik lagi yang harus dia hadapi. Bodoh,pemuda itu merutuk dalam hati. Bodoh skali sih dia? Mengapa selalu tak bias mengungkapkan maksud hatinya? Rio merutukki dirinya yang terlalu bodoh itu.

“shill,gue suka sama lo.. Tapi kenapa gue gabisa bilang kalo di depan lo ya Shill?” Rio sesak, menyadari betapa bodohnya ia menjadi seorang laki-laki. Mengucapkan kata seperti mudah kan? Kelihatannya memang mudah, tapi tidak jika di lakukan. Berat Rio untuk lakukan, tapi lebih berat rasa ini yang selalu menggedor-gedor pintu hatinya.

“Lu kenapa yo?” Tanya Alvin mengejutkan Rio.
“Gu..Gue gapapa” Rio tergagap-gagap menjawab pertanyaan Alvin.
“Oh,kirain mikirin siapa.” Alvin mengangguk.Rio hanya tersenyum sekaligus bernafas lega.
“Lo liat Via ga?” Tanya Alvin lagi, Rio menggeleng “kenapa emang?” KAta Rio.
“Gapapa.. Gue keluar ya! Bye!!! “ Alvin menjauh dari Rio.

Rio kembali terduduk, benarkan? Ia bodoh, ia gagal. Mungkin ia terlalu bersikap pengecut. Tapi tidak,Rio blum siap dengan semuanya. Bukan ia pengecut dan semcamnya, ia hanya takut.. hanya itu.
***
“Shill,jadi  pulang bareng ga?” Rio menahan tangan Shilla dengan lembut. Jantung SHilla berdetak lebih cepat. Shilla berbalik menatap Rio.
“Iya,jadi..” Sahut Shilla pelan.
“Tapi Shill,lu mau kan? Nunggu gue latihan basket. Sebentar gak lama”

Shilla hanya mengangguk,lalu Rio pergi meninggalkan ia untuk berabung bersama temannya yang lain. Shilla menghela nafas, tak pernah Rio menahan tangannya dengan lembut seperti itu. Menatapnya dengan dalampun Rio tak pernah. Mungkin hanya kebetulan, siapa tahu? Yakan?

Gadis itu berdiri menunggu Rio yang tak kunjung usai dngan latihannya. Shilla keluar sekedar untuk mencari makanan, tapi ia terkejut bkan main ketik melihat sebuah motor terhenti di depannya. Motor Gabriel.
“Pulang yuk!” Ajak Gabriel.
“Gausah gue udah ama temen gue” Jawab Shilla ketus.
“Temen kamu masih lama kan? Yaudah pulang sama aku aja. Kamu udah dicariin tadi” Ajak Gabriel sambil tersenyum lembut. SHilla menatap lapangan basket, lalu ia mengangguk. Dan memutuskan untuk meminta maaf pada Rio usai ia sampai rumah nanti.

Shilla menatap punggung Gabriel, ia ingin merengkuhnya seperti dulu lagi. Tapi tak bias, dan tak mungkin. Shilla merutuk, seandainya dulu ia tak bertemu dengan Gbriel pasti perasaannya tak akan menjadi seperti ini.
Saat sampaii dirumah, SHilla menelpon Rio erusaha untuk meminta maaf karena pulang tanpa pamit pada Rio.

Hallo”
“Hallo yo.. maaf ya? Gu..gue pulang dluan.. gue dijemput tadi”
“sama Siapa? Gabriel? Lu tadi gue cariin! Lu ga bisa nunggu SEBENTAR ya Shill?!” Bentak Rio, membuat Shilla menjadi tak nyaman.
“Bu..Bukan .. Ta..tadi kan” Shilla tergagap.
“Apa? Lu mau bilang itu kak Riko?! JElas-jelas gue liat sendiri!”
“Yo gue minta maaf..”
“tuttt..ttuttt”
Tanda telepon terputus. Tuh kan kumat lagi deh, egoisnya. Rutuk Shilla.


***


Segini dulu y? mAaf kalau gabagus, hehehe :D Keep LIKE+KOMENT!
ℱℴℓℓω me @Raihanaaa_ Follback? Just mention. No mention! No follback! Thank’s (: 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar